Rabu, 20 April 2016

You, Friend

Jarang kutuliskan sebab akibatmu ada disini, pun aku tak tahu apa, kapan, dan bagaimana. Selalu merenda bersama mungkin jawaban tepat. Entah filosofi apa yang kita anut. Entah keyakinan apa yang kita pegang. Namun, keberadaan mampu menyeka duri lain.
Cukup kau berada di sisi, tak sekedar berkata 'Kau baik?' untuk jawaban 'tak apa-apa.'
Aku masih mengaismu didalam hati, tak akan mempertanyakan kamu berdiri untuk siapa. Sudah cukup aku mengerti dengan genggaman erat tanganmu yang tak hanya sekali. Kita menatap bersama meyakinkan kita saling ada. I'm only one call away, right?
Terima kasih bukan kata yang sanggup menjelaskan semuanya. Melihatmu, kita, saling tersenyum tanpa berkata, ya, aku tahu maksudmu. Sahabat.

Ada

Pagi berjalan mendahului malam, enggan beriringan. Tak ada jalan lain berdampingan tak bisa juga. Ada yang masih berusaha meski tak nampak ujung benang merah. Ada yang memalingkan diri memaksa pergi ketika merasa batu kerikil jatuh berkali.
Ada keyakinan ketika memilih diantara dua, bukan. Sudah terjadi, kemudian tegaklah kembali diri. Daun yang sama tak akan gugur dua kali. Lari, angin, terbang.
Rekayasa waktu berusaha mengantarkan rasa membeku, dingin. Peraga tak akan menjawab. Keraguan tak bisa dilepas sendirian, riak bersauh. Diskusi ini tak bisa terasa tak asing. Belum mengerti dengan pola ini, lagi tak mau menyeka luka. Perih, tak sama. Sekali atau dua paling tidak pegangan ini tak pernah lepas.