Rabu, 17 Juni 2015

Short

"Kau bahagia?"
"Apa itu perlu kau tanyakan?"
Aku merengut mendengar jawabannya, kemudian mengalihkan pandanganku pada awan putih besar yang bergerak tertiup angin. Dia meraih tanganku dan menggenggamnya, erat.
"Aku masih bisa mengucapkan terima kasih karena ini. Kalau itu definisi yang kau cari."
Aku menoleh ke arahnya, dia memandangku tepat di kedua mataku. Aku melihatnya, kesungguhannya. Aku tersenyum dan mempererat genggamannya. "Terima kasih." Kataku.

Selasa, 02 Juni 2015

Fine

9 months and 7 days, already?
Yes, it is. I'll be fine, I'll fine, I'm already fine. That's what I told them, over and over again.
Saya tidak pintar merangkai kata. Ada yang bilang ini adalah ruang publik bukan tempat menumpahkan semua pikiran. Diary ada untuk dirahasiakan, dibuka dengan password, dan tidak untuk diakses dengan mudah. Tepat.
Tapi, saya hanyalah seorang 'coward', 'loser', 'loner'. Berkata baik sekalipun tidak, tersenyum sekalipun 'kabur', berdiri sekalipun 'terpapah', tegak sekalipun 'terengah-engah'. Bukanlah demi pembuktian apapun, tetapi karena berkaca pada mereka yang pasti memiliki cerita sendu sendiri. Yang tak sempat dibagi bersama agar mengerti. Mereka masih menyunggingkan manisnya kebersamaan, dan saya hanya menghargai mereka. Mereka yang selalu ada.
Sekalipun saya yang berkata 'beranjak' tetapi mungkin saya yang paling terakhir berdiri. Diam, tak bersuara, tak apa agar lebih mudah ditinggalkan. Karena yang tertinggal adalah posisi yang sulit, tak apa saya bersedia. Ada banyak cermin di dunia, dan saya sering berkata padanya agar tidak terlalu lama memandangi kosong. Terlalu banyak meminta, terlalu sedikit memberi. Pemikiran take and give bukan give and give yang menghalangi saya untuk melangkah. Sekarang saya hanya bisa tersenyum, ada cermin lain yang akan melaksanakan lebih baik dari saya.