Sorry is simple yet complicated word
Banyak analogi yang saya ketahui berkaitan dengan permintaan maaf. Salah satu yang masih saya ingat adalah dari dp (display picture) teman di bbm. Untuk nama tidak akan saya sebutkan karena itu adalah privacy.
Singkatnya seperti ini, 'ketika orang berbuat kesalahan diibaratkan seperti piring yang pecah kemudian apabila dengan mengucapkan kata maaf apakah piring itu dapat utuh kembali?'. Setidakmengertinya saya tentang hidup pasti pun akan menjawab hanya penyihir, peri, dan pesulap yang bisa membentuknya utuh lagi. Sayangnya dunia nyata bukan merupakan bagian dari sim salabim tokoh tersebut.
Sudut pandang saya mungkin berbeda dari analogi tersebut, karena menurut saya itu merupakan analogi yang egois. Ya, egois. There is no perfection in human being. Indeed. Semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk berbuat salah. Seperti setiap piring memiliki kesempatan yang sama untuk pecah. Ketika sebuah kesalahan diibaratkan dengan sebuah piring yang pecah, lalu apakah piring itu pecah dengan sendirinya? Apakah pemahaman piring yang pecah sama dengan pemahaman kesalahan yang dibuat?
Kalau ada pepatah Don't judge people by it's cover. Saya bilang, Don't judge people by it's mistake. Kesalahan adalah hal mutlak yang telah dilakukan dan itu tidak akan bisa diubah. Tak ada daya yg dapat mengubah kesalahan menjadi hal yg benar. Bagi saya, kesalahan adalah kesalahan. Tepat. Oleh karena itu, bukan sebesar atau sejauh mana kesalahan itu dilakukan. Namun, bagaimana kesalahan itu dipertanggungjawabkan. Bagaimana effort untuk mengakui dan memperbaikinya. Bukan menjadi utuh kembali seperti analogi piring itu, tetapi menjadi lebih baik lagi, lebih bermanfaat lagi. Bukankah piring yg pecah juga dapat bermanfaat lagi ketika didaur ulang? Seperti piring yang dapat bermanfaat lagi, setiap kesalahan juga selalu memiliki kesempatan untuk diperbaiki.
Effort. Andai semua orang menyadari dan memiliki itu.
Selasa, 14 Juli 2015
Sorry?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar