Sahabat itu apa? Siapa? Pentingkah? Pertanyaan yang sudah sering dilontarkan namun banyak juga orang yang belum mendapat jawaban yang tepat. Untuk mendapatkan seorang sahabat, kita harus bias menjadi sahabat. Belajar menjadi sahabat tidaklah semudah menyalakan lilin. Ada sejuta perasaan yang harus kita dalami. Namun sejuta perasaan itu akan lebih mudah kita pahami ketika menjalani sebuah persahabatan.
Banyak orang dengan angkuhnya menyatakan bahwa dia tidak membutuhkan sahabat. Sungguh munafik mereka yang mengatakan demikian. Apa benar mereka tidak membutuhkan tempat berbagi suka dan duka? Apa mereka tidak membutuhkan advice dari orang sekitar mereka. Bahkan semut pun saling membutuhkan satu sama lain untuk mendapatkan makanan.
Memang dapat diakui bukan salah mereka bila mereka merasa tidak membutuhkan sahabat. Mungkin karena kenangan suram masa lalu akibat pengkhianatan yang membuat mereka jera untuk membuka tali persahabatan. Atau bisa saja karena sebab lainnya. Tapi, bukankah tak ada hukum yang melarang untuk berkenalan sekali lagi dengan kata PERSAHABATAN.
Sahabat adalah setia
Dalam suka dan duka
Kau kan dapat berbagi rasa untuknya
Begitulah seharusnya jalani kehidupan
Setia... setia...
Dan tanpa terpaksa
(Sherina-lihatlah lebih dekat)
Lirik lagu diatas mungkin sederhana tapi kesederhanaan itulah yang membuat indah. Begitu juga dengan persahabatan. Persahabatan tak mengenal kasta. Tak ada syarat untuk menjadi sahabat. Hanya memerlukan chemistry untuk menjalinnya. Bukankah itu hal yang sederhana? Tapi, kesederhanaan perasaan itu sangat rumit bagi mereka yang baru berkenalan dengan kata sahabat. Mungkin secara teori hal ini sangat mudah dituliskan. Bagaimana dengan persahabatan saya? Sedikit mengulik kehidupan pribadi saya, ya bolehlah. Tenang, ga bayar kok! Cukup sedia mata dan hati dalam membaca. (Hehe)
Seribu kata teman tak kan pernah bisa mengganti satu kata sahabat. Tapi satu kata sahabat mampu mengganti seribu kata teman. Bukan bermaksud menggurui nih. Tapi kalian yang punya sahabat pasti juga bisa merasakannya bukan? Ada banyak teman di sekitar kita tapi tetap saja kita selalu menunggu kehadiran sahabat kita. Kayak slogan salah satu produk rokok ”Ga ada loe ga rame”. Kita seperti terikat satu sama lain. Pokoknya kalo kamu ga ikut aku juga ga ikut. Pertalian hati yang terbuat sendiri dengan alami. Bahkan kita sendiri tak tahu kapan jalinan hati ini terbentuk.
Antara Persahabatan dan Cinta
Dalam percintaan kita memerlukan adanya kata ”jadian” untuk mencinta sehingga selalu ada kata anniversary tiap tahun. Tapi persahabatan tak pernah mengenal kata ”jadian”, bahkan kita sendiri cenderung tak tahu kapan kita ”jadian”. Dan anniversary dalam persahabatan bukan tiap tahun, tapi setiap hari.
Persahabatan selalu meluangkan waktu untuk cinta sekalipun persahabatan selalu menjadi korban. Tapi selalu ada kata maaf dalam menjalin pesahabatan.
Seperti yang sering kita dengar, mantan pacar memang ada tapi tak pernah ada mantan sahabat.
Saya pernah menonton sebuah film jepang tentang persahabatan dua orang gadis. Ketika persahabatan mereka sedang dilanda koflik tentang persaingan cinta tetapi yang namanya sahabat pasti akan selalu ada ketika sahabatnya terluka. Bahkan dia mengatakan ”Aku pasti seorang lesbi karena lebih memilih sahabatku daripada laki-laki”.
Sahabat adalah lem ketika kita mulai retak, Sahabat adalah sapu tangan ketika kita menangis, sahabat adalah sandaran ketika kita tak kuat berdiri, Sahabat adalah payung ketika hujan dan lilin ketika gelap mulai menerpa.
My beloved FRIEND's
Tidak ada komentar:
Posting Komentar